Ada sebuah virus yang membahayakan kehidupan manusia dan jika dibiarkan dapat membuat Anda mati. Saya yakin, hal ini terdengar tidak asing di telinga Anda saat ini. Anda merasa cemas ketika harus menghadapi virus seorang diri. Presiden kita telah mengumumkannya kepada saya, anda, dan kita semua. Berawal dari negeri yang sangat jauh dari negara kita ini. China awal virus itu muncul, dan berkembang hingga keseluruh Dunia. Rasanya kelam, pahit, dan hampa mendengar virus yang dinamakan virus COVID-19 hadir di negara kita Indonesia. Kecemasan tentu ada, kecemasan membuat Anda tidak berdaya dan mulai bertanya-tanya mengapa Anda bisa begitu cemas. Saya dan Anda sekarang mulai cemas karena menjadi cemas, bahkan berlipat ganda kecemasan itu dan menyebabkan Anda bertambah cemas.
Kecemasan ini wajar kita hadapi atau katakanlah Anda bermasalah dengan pengendalian emosional. Anda gampang kesal terhadap hal yang paling dilarang tanpa tahu alasannya. Namun, ketika Anda mulai reda Anda menyadari bahwa selalu marah-marah membuat Anda menjadi seorang yang berpikir dangkal dan kejam. Anda sangat membencinya sehingga Anda marah pada diri sendiri. Selamat datang di Lingkaran Setan. Peraturan-peraturan yang di buat oleh kepala daerah membuat sulit Anda, bahkan kita semua dalam bersosial. Yaa… peraturan itu bernama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Anda dan kita semua merasakan peraturan itu. Berdagang?…Dilarang!, menggelar konser?… Dilarang, kumpul-kumpul?…juga Dilarang. Tak heran jika peraturan ini membuat hidup kita menjadi sulit!
Saya, anda dan kita semua seperti berada di lingkaran setan. Tidak tahu harus berbuat apa?… Harus bagaimana?… Pikiran kita sudah kotor untuk terus-terusan melanggar peraturan itu demi ego kita! Namun Anda bukan orang yang bodoh! Anda tahu bahwa negara kita ini sedang berperang melawan virus yang mematikan. Saya harus berhenti memanggil diri saya pecundang. Percaya atau tidak, inilah uniknya menjadi manusia. Hanya gara-gara virus kita berpikiran kotor dalam menentang peraturan. Ikuti saja peraturan yang dibuat, hal itu juga demi kebaikan kita bersama dalam melawan virus itu!
Lingkaran Setan seolah telah mewabah, sehingga banyak dari kita menentang peraturan yang sudah dibuat. Di rumah saja! Ya.. Di rumah saja… Tak banyak yang bisa kita lakukan jika di rumah saja. Namun selogan itu melindungi kita dari virus tersebut. Tak jarang jika kita bosan di rumah saja. Ingin mudik pun dilarang! Tempatku berstatus zona merah, yang artinya rawan terkena virus COVID-19. Ya… memang awal-awal saya bahkan mungkin juga Anda memang mematuhi peraturannya. Tapi hanya di awal saja tidak untuk selanjutnya. Hal ini, wajarlah bagi kita sebagai makhluk sosial yang tentunya butuh berinteraksi.
Semenjak pandemi ini mewabah kita semua tercekik, kita semua bimbang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup. Pedagang yang mengandalkan hasil dagangannya untuk bertahan hidup sekarang harus memutar otak. Tak jarang bila Anda menemui bahkan mendengar berita-berita kejahatan yang semakin meningkat akibat pandemi ini. Kita semua bingung harus apa?…Namun, dengan kecanggihan teknologi, interaksi sosial saya tidak perlu bingung. Berbelanja kebutuhan hidup bisa mengandalkan aplikasi, ingin rapat juga bisa dengan aplikasi, dan apa-apa lewat aplikasi. Terima kasih aplikasi! Sudah membantu saya berinteraksi. Ya…setidaknya dengan apa-apa lewat aplikasi saya dan Anda terbantu olehnya. Tinggal klik, pesanan dapat kita pesan lewat smart phone kita. Tinggal klik kita terhubung dengan orang lain. Setidaknya pedagang pun masih dapat berjualan walaupun tidak seramai berjualan di lapangan. Setidaknya ini membantu mereka dan saya dalam berkomunikasi lewat media.
Namun, saya berpikir bagaimana nasib-nasib orang-orang yang terkena PHK? Bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan hidupnya?… Keluarganya?… Bagaimana peran pemerintah dalam menangani hal seperti ini?…
Tak jauh dari rumah saya ada sepasang suami-istri yang terkena PHK oleh kantor di saat pandemi covid-19 ini melanda. Saya melihat di raut wajah mereka sangat butuh pekerjaan. Mungkin saat ini mereka sedang dilanda kebingungan bagaimana mereka mencari uang. Tak beberapa lama suami-istri itu menelfon keluarga saya dan ia menawarkan makanan yang di jualnya. Keluarga saya membeli makanan itu seharga 50.000rp. Ia merasa senang makanannya laku terjual. Disinilah saya bangga dengan mereka. Mereka tidak terjebak dalam Lingkaran Setan yang mewabah seiring mewabahnya covid-19. Mereka berusaha tegar. Mereka memutar otak untuk dapat menghasilkan uang dengan cara yang halal.
Disisi lain, saya ingin marah terhadap orang-orang yang berpikiran pendek dan melakukan kejahatan demi mereka mendapatkan uang. Lingkaran setan ini mendesak mereka dalam memanfaatkan pandemi ini. Bukannya mereka berpikir untuk peduli, dan mematuhi peraturan, malah mereka leluasa dengan pikiran pendeknya untuk kejahatan.
Saya yakin ini adalah ujian bagi kita semua dalam menghadapi pandemi ini. Semua orang terkena, berbagai negara pun merasakannya. Kematian terus bertambah. Kecemasan terus menghantui. Seakan kita sedang menunggu giliran untuk terkena COVID-19. Patuhilah peraturan yang dibuat. Saya yakin dan kita semua harus yakin jika peraturan ini demi kebaikan kita bersama dalam melawan pandemi COVID-19. Memang saat-saat inilah kita harus bersabar dan berdamai pada diri kita sendiri. Mungkin Anda akan melihat setiap kesulitan sebagai suatu ketidakadilan, setiap tantangan sebagai sebuah kegagalan, setiap ketidaknyamanan terasa jadi masalah pribadi, setiap perbedaan pendapat sebagai sebuah pengkhianatan. Inilah fakta tentang kehidupan. Tidak ada yang namanya masa bodo. Kita semua sama-sama berjuang!
Saya yakin bahwa sekarang ini kita menghadapi suatu wabah psikologis, yaitu ketika orang-orang tidak lagi menerima dengan tenang bahwa kadang-kadang ada hal yang tidak menyenangkan dalam hidup ini. Saya tahu ini terdengar kurang intelektual, hanya di permukaan, tapi yakinlah masalah ini menyangkut hidup dan mati.
Kita tidak bisa selalu mengambil kendali terhadap apa yang terjadi pada kita. Namun, kita selalu bisa mengendalikan cara kita menafsirkan segala hal yang menimpa kita, dan cara kita merespons. Entah kita menyadari atau tidak, kita selalu bertanggungjawab atas pengalaman diri kita. Suka tidak suka, kita selalu berperan aktif dalam apa yang sedang terjadi terhadap diri kita. Kita selalu menafsirkan makna dari setiap peristiwa dan kejadian. Semakin kita memilih untuk menerima tanggungjawab dalam kehidupan kita, semakin besar tangungjawab atas masalah yang kita hadapi menjadi langkah pertama untuk menyelesaikannya. Kita sama-sama merasakan dampak dari pandemi ini, belajarlah untuk menahan rasa kecewa, rasa sakit yang telah Anda pilih. Anda sedang memilih untuk memasukan bentuk itu ke dalam hidup Anda. Rasakan. Nikmati. Terima dengan tangan terbuka. Kemudia, lalukan langkah baru.
Hidup adalah tentang tidak mengetahui apa pun dan kemudian melakukan sesuatu, apa pun yang terjadi. Segala hal dalam kehidupan berlaku seperti ini. Jangan pernah lupakan pandemi ini, dan jangan pernah takut akan hal itu. Kita bisa dan kita mampu.
Oleh : Stefanus Toni Kurniawan
Sumber: gambar depan dari internet