Oleh: Anita Supita Sari (Ibu Rumah Tangga)
Awal bulan Juni ini kami mendapat surat edaran dari sekolah anak pertama. Di
dalamnya tertulis “Mohon kerjasama dari orang tua siswa untuk melunasi pembayaran
sekolah yang masih tertunda minimal pembayaran bulan Mei 2020. Bagi yang belum
bisa memenuhi syarat harap menghubungi pihak sekolah.” Membaca kalimat tersebut,
tiba-tiba kami merasakan kelegaan yang luar biasa. Bulan Mei, sekolah tidak
mengeluarkan edaran apapun. Kebijakan ini terkait dengan situasi Pandemi Covid-19
yang mengharuskan adanya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar)
yang berlangsung selama sudah hampir 3 bulan. Kebijakan sekolah yang seperti ini
mengingatkan akan sebuah hadits: Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mengambil sebuah hutang (berhutang) dengan tujuan untuk
mengembalikkannya (membayarnya), maka Allah SWT akan tunaikan untuknya
(memberi pertolongan pada orang yang ingin melunasi hutangnya). Dan barang siapa
mengambil hutang tersebut dengan tujuan untuk menghabiskannya (tidak melunasinya)
maka Allah SWT akan membinasakannya.” (HR. Bukhari)
Hadits tersebut, seolah mengingatkan kita bersama, agar kita saling
menguatkan, bersama-sama bangkit, berusaha menunaikan yang menjadi kewajiban
kita, berikhtiar, bersiap dengan suasana dan kondisi kehidupan yang baru. Kita yakin
dan percaya, Allah SWT akan menolong hambaNya.
Berbagi pengalaman, berkaitan dengan hadits tersebut dan juga kondisi
Pandemik saat ini, rasanya akan sangat berat jika saat ini masih memiliki cicilan
hutang. Tahun 2018 lalu, kami menutup semua cicilan yang ada, cicilan rumah yang
masih 5 tahun dan cicilan kendaraan yang masih 1,5 tahun lagi. Kami memang sudah
punya anggaran untuk melunasinya, tapi kami berani mengambil risiko, menggunakan
semua tabungan kami, sebagian ialah tabungan yang memang sudah diposkan untuk
pendidikan anak-anak dan kesehatan, karena kami tidak ikut asuransi apapun, hanya
menabung sendiri. Entahlah, kami berpikir kondisi saat itu ialah waktu yang tepat. Kami
yakin dan percaya Allah SWT akan memberikan pertolongan bagi orang-orang yang
ingin melunasi hutangnya. Alhamdulillah, satu bulan setelah kami membayar hutang
cicilan tersebut, Allah SWT sudah menggantinya, tidak disangka suami mendapatkan
keluasan rezeki berupa pendapatan yang besar, dan cukup untuk menutup pos
tabungan yang sebelumnya telah diambil untuk membayar hutang cicilan rumah dan
kendaraan. Saat kondisi Pandemi seperti sekarang ini kami berpikir, entah apa yang
terjadi jika kami masih memiliki cicilan hutang, bulan April hingga Juni, rasanya akan
dilalui dengan keresahan, mungkin bisa jadi akan dihadapkan pada pilihan melepaskan
salah satu aset tersebut.
Semua sisi kehidupan sangat berdampak atas kondisi Pandemi ini. Dari segi
ekonomi keluarga, sebagai seorang IRT (Ibu Rumah Tangga) yang melakukan
pencatatan keuangan keluarga, setelah melihat hasil pencatatan keuangan selama 6
tahun terakhir, bulan April 2020 merupakan bulan yang luar biasa. Tidak ada
pemasukan keuangan sama sekali. Selama 6 tahun terakhir, hanya di bulan ini yang
tidak ada pemasukan keuangan sama sekali, namun pengeluaran tetap mengalir.
Suami saya bukanlah seorang pegawai atau karyawan yang memang mendapat gaji
setiap bulannya, suami saya seorang wiraswasta yang menawarkan keahliannya dalam
bidang jasa. Saat mulai diterapkannya PSBB, semua kegiatan ditunda, ada juga yang
memang dibatalkan karena tidak kondusifnya kondisi saat ini. Hal ini membuka
kesadaran, betapa Allah sangat sayang kepada keluarga kami, selama lebih dari 70
bulan sebelumnya kami diberikan keleluasaan rezeki finansial yang bisa dinikmati.
Mungkin ini saatnya kami menelaah lagi prioritas pengeluaran kami, agar tidak terlena
dengan keleluasaan rezeki yang telah diberikan.
Hingga kami tersadar atas adanya hak orang lain atas rezeki yang kami peroleh.
Di bulan April, salah satu orang yang bekerja pada kami mengirim sebuah pesan “Bu,
boleh saya minta tolong pinjem uang, untuk makan?” Padahal di pertengahan bulan
Maret, saat terakhir beliau bekerja pada kami, kami sudah berusaha memberikan gaji
penuh walau bekerja setengah bulan. Namun mungkin dalam kondisi seperti sekarang
ini, Allah SWT mengingatkan kami, memberikan kesempatan kepada kami untuk belajar
memahami pengertian sedekah pada saat sempit. Bukan tentang zakat yang memang
sudah menjadi kewajiban, akan mendapat dosa jika tidak memenuhinya, tetapi ini
berkaitan dengan sedekah, yang tidak ada kewajiban atasnya dan tidak ada dosa jika
tidak memenuhinya, suatu kelapangan hati, keihlasan kami diuji saat kami merasa sulit,
dan pada saat yang sama, ada orang lain yang lebih sulit kondisinya daripada kami.
Berkaitan dengan rezeki dari Allah SWT di masa Pandemi ini, di dekat rumah
kami ada adik nenek yang berusia sekitar 65 tahun, janda, hidup sendiri, dan tanpa
penghasilan. Banyak bantuan yang diberikan untuk beliau, entah itu dari warga sekitar
maupun dari pemerintah dan lembaga lainnya. Yang membuat kami tercengang ialah
sebagian bantuan tersebut malah diberikan kepada kami. “Ade, ini tepung buat Ade aja,
Nyak ada yang ngasih, kalau disini banyak bocah, bisa bebikinan, Nyak lagi gak
kepingin bikin apa-apa, beras sama minyak masih punya gak? Itu Nyak dapet banyak,
takut pada kutuan kalau kelamaan, Nyak kan makan sendirian.” Pernyataan yang tidak
jauh berbeda saat kami datang berkunjung pada adik nenek yang lain, yang memang
sudah berusia diatas 60 tahun, masih memiliki suami, namun sang suami sakit, hingga
hanya bisa berbaring di rumah, tanpa penghasilan, sebelum sakit kegiatan kakek ialah
berkebun. Saat datang berkunjung kami membawa biskuit, minyak, dan minuman, tidak
disangka pulangnya kami malah diberi ikan kaleng, makanan ringan untuk anak-anak,
dan kacang panjang. Rasanya kami tidak berhak menerima bantuan tersebut,
mengingat para orang tua itu lebih membutuhkannya, tapi mengingat beliau orang tua
yang ingin memberi untuk cucunya, kami merimanya juga. Hal ini memberikan kami
pemahaman bahwa saling berbagi itu menyenangkan, terlebih saat kondisi sedang
sulit. Selain itu, hal ini menjadi pembelajaran bagi kami, mengevaluasi diri kami lagi
dalam hal memberi, siapa yang seharusnya kami beri bantuan? Dan jenis bantuan
seperti apa yang kira-kira dibutuhkan oleh mereka?
Setelah melewati bulan April, hal ini benar-benar membuka mata kami, membuat
kami lebih bersyukur, mengevaluasi diri, mencari tau lagi potensi apa yang kami miliki,
potensi apa yang masih bisa kami kembangkan. Suami yang selama ini berwiraswasta
dalam bidang jasa, mulai mencoba strategi baru menawarkan keahlian yang bisa
dilakukan pada masa Pandemi ini, mulai menyesuaikan dengan keadaan market yang
ada. Saya sendiri mencoba memanfaatkan internet di rumah dengan berjualan buku-
buku secara online. Semua itu benar-benar dimulai di pertengahan bulan Mei 2020.
Alhamdulillah, ternyata ada rezeki kami disitu. Apa yang kami lakukan ternyata
menyenangkan, khususnya saya. Sebagai seorang Ibu Rumah Tangga dengan 3 anak,
dan saya memang belum bisa membawa kendaraan sendiri, saya sangat senang
dengan adanya berbagai grup komunitas penjual buku-buku, membuat saya
bersosialisasi tanpa harus keluar rumah. Terlebih saya juga mendapatkan pengetahuan
mengenai buku-buku yang beredar tanpa harus mengunjungi toko buku. Berhubung
ada 3 anak (2 tahun, 5 tahun, dan 8 tahun), kami berupaya untuk selalu tetap di rumah
pada masa PSBB ini, buku-buku inilah menjadi salah satu teman anak-anak untuk
mengisi kegiatan di rumah. Dari hal ini lah yang menjadi salah satu alasan saya mulai
fokus mengelola toko buku online, dapat memilah bacaan yang tepat untuk anak-anak
sesuai dengan rentang umur dan perkembangannya, dan juga yang tidak boleh
terlewatkan ialah mengenai harga buku-buku tersebut.
Mengenai kegiatan anak-anak di rumah, untuk 2 anak yang belum bersekolah,
kegiatan mereka tidak terlalu berpengaruh, karena sehari-harinya memang terbiasa di
rumah. Namun bagi kakak yang sudah bersekolah, ada beberapa tugas dari sekolah
untuk mengisi kegiatan kakak selama belajar di rumah. Dengan tugas sekolah kakak ini
juga bukan hanya kakak yang belajar, tetapi kami sebagai orang tua juga ikut belajar,
kami mempelajari hal-hal baru, seperti membuat konten YouTube, video senam, video
memasak, foto-foto kegiatan membersihkan rumah, belajar melalui video dan Zoom
meeting, mengerjakan soal melalui quiz, serta ujian online melalui platform google
formulir.
Salah satu tugas sekolah kakak ialah membuat video untuk kultum singkat pada
bulan Ramadhan yang juga jatuh pada bulan Mei, kami belajar membuat materi yang
ingin disampaikan dan hikmah apa yang bisa diambil atas materi tersebut, kemudian
melatih kakak bercerita, membuat video, dan akhirnya mempostingnya pada YouTube,
suatu hal yang baru, yang mungkin saja jika bukan karena PSBB yang mengharuskan
belajar di rumah, rasanya sulit melakukannya. Hal yang paling membekas ialah kami
menyiapkan materi tentang tidak merasa putus asa atas semua masalah yang ada,
karena semua masalah akan ada jalan keluarnya asalkan kita mau berusaha dan
berdoa. “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau
telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap..” (QS. Al-Insyirah: 6-8).
Pada pelajaran olahraga, kakak juga diharuskan membuat beberapa video. Di
dalam video tersebut, kakak boleh memilih olahraga yang ingin dilakukan, ada banyak
gerakan olahraga yang dimasukkan ke dalam permainan yang membutuhkan bantuan
anggota keluarga yang lain, hal ini membuat semua anggota keluarga ikut berolahraga
bersama. Lalu ada juga saat mata pelajaran seni musik, guru kakak membuat video
pembelajaran mengenai not balok yang ternyata juga membuat kami sebagai orang tua
yang tidak paham akan not balok ikut belajar. Guru kakak mengajarkan Syiir Tanpo
Wathon, dengan hanya musiknya saja, anak-anak diminta berlatih menggunakan
pianika, tetapi karena rasa ingin tahu, kami mencari lirik dan terjemahannya. “Aku
memulai menembangkan syiir dengan memuji kepada Tuhan. Yang memberi rahmat
dan kenikmatan siang dan malam tanpa perhitungan. ….semua sudah ditakdirkan dari
Tuhan….” Itulah beberapa penggalan terjemahan Syiir Tanpo Wathon. Betapa kami
bersyukur, sekolah bukan hanya mempersiapkan materi pelajaran yang sesuai dengan
kurikulum tetapi juga menyelipkan materi penguatan untuk mempersiapkan anak-anak
agar selalu berharap pada Tuhan Yang Maha Esa, apapun yang terjadi.