Sejak diumumkan kasus COVID-19 pertama di Indonesia, situasi sosial dan ekonomi negeri guncang. Panic buying, penimbunan oleh spekulan, dan kurangnya kebutuhan penting penanganan wabah menjadi hal yang menghiasi media massa hingga obrolan antar tetangga. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tiba-tiba harus menghadapi situasi tak terduga karena virus yang berasal dari Wuhan menyasar ke berbagai lini. Meski kedua penyelenggara kekuasaan tersebut tetap bertanggungjawab akan situasi ini tetapi keadaan di lapangan yang sering tak terduga turut membuat banyak kendala.
October
Pada masa pandemi COVID-19 ini saya tidak memiliki kisah yang sangat spesial. Saya kilas balik aktifitas saya mulai awal Virus ini muncul di China, hingga kasus positif pertama di Indonesia, 2 Maret 2020 hingga sekarang saya menulis artikel ini. Sulit bagi saya menemukan apa kisah menarik saya dalam masa pandemi ini. Saya adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bekerja di kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Lumajang. Selama masa pandemi, kantor saya mengalami penyesuaian waktu bekerja. Perubahan (pengurangan) jam kerja membuat saya memiliki waktu luang. Hal ini saya manfaatkan untuk menulis beberapa artikel karena menulis adalah kegemaran saya. Salah satu artikel saya berjudul “Pandemi dan Tren teleconference” dimuat oleh media online nasional (detik.com) pada halaman kolom https://news.detik.com/kolom/d-4974952/pandemi-dan-tren-teleconference Beberapa artikel lainnya dimuat dikoran lokal (Radar Jember), media online (pwmu.com), Majalah Suara PGRI Kab. Lumajang, dan beberapa blog lainnya.