Selama kurang lebih tiga bulan ini, negeri kita tercinta Indonesia terserang pandemi covid-19. Pandemi ini memberi sangat banyak dampak terhadap kehidupan kita. Mulai dari ditutupnya pusat perbelanjaan, perkantoran, bahkan sekolah dan universitas pun harus melakukan segala kegiatannya dari rumah. Kita terjebak di dalam situasi yang tidak kunjung pasti ini, yang bisa kita lakukan hanyalah menunggu sampai situasi normal kembali. Di tengah situasi pandemi ini, kita harus mulai terbiasa dengan kebiasaan yang baru seperti harus mencuci tangan sehabis beraktivitas, menjaga jarak dengan orang disekitar, dan tidak keluar rumah sebisa mungkin. Adalah hal yang tidak pernah kita sangka sebelumnya suatu saat kita diharuskan menjaga jarak dengan orang-orang yang sangat kita cintai, dengan teman,saudara bahkan keluarga kita sendiri.
Ahad, 1 Maret 2020 pukul 20.15 WIB menjadi momentum tak terlupakan bagi diri saya. Kenapa? Karena pada waktu itu adalah rapat perdana pembentukan rapat ramadan 1441 H. Meski saya datang terlambat supaya tidak dipilih untuk menjadi ketua panitia ramadan ternyata saya tidak dapat mengelak dan tetap terpilih untuk menjadi ketua. Itu karena saya mendapatkan berondongan usulan untuk menjadi ketua panitia sebanyak sekitar 95 persen suara dari peserta rapat.
Satu-satunya orang yang menolak mungkin hanya dari Ibu Sriyati. Beliau adalah Ibu kandung saya. Namun, apa artinya satu suara menolak jika sebagian besar pada setuju. Alhasil amanat sebagai ketua ramadan di Masjid Al-Azhar Suryowijayan Kota Yogyakarta harus bertumpu di pundak saya. Padahal menjadi ketua panitia ramadan itu tanggung jawabnya berat, lebih-lebih di masa pandemi Covid-19.
Logo merupakan sebuah hal penting yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu, tak terkecuali dalam menjadi sebuah simbol bagi website tersebut. Penentuan logo pun menjadi hal sering kali harus dibahas dengan serius agar tetap sejalan dengan konsep yang telah diterapkan. Dalam web Writing for Healing ini memiliki logo hati yang dibalut dengan plester dengan menggunakan pena sebagai media penyembuhannya. Logo ini terinspirasi dari web kami yang menggunakan media tulisan sebagai penyembuh dan motivasi bagi orang yang membacanya. Perasaan yang terluka digambarkan dalam bentuk hati yang dibalut menggunakan plester. Sebagai media penyembuhnya ada gambar pena yang digunakan untuk menulis. Ini mengartikan bahwa media tulisan dapat menjadi penyembuh dari hati yang terluka tersebut.
Jumpa lagi dengan Den Ayu Ngatirah. Masih takut keluar rumah? Masih malas-malasan bekerja atau sudah stress setiap hari melihat berita tentang COVID-19? Pada episode ini, Den Ayu berbagi tips kepada rekan-rekan untuk tetap happy dan produktif selama pandemi. Penasaran pasti dengan tips dari Den Ayu. Langsung saja saksikan videonya! Jangan lupa tetap jaga kesehatan dan jangan lupa bahagia! Ingat pesan Den Ayu, stay happy dan berkawanlah dengan pandemi.
Halo COVID-19 Fighters, kenalan yuk dengan Den Ayu Ngatirah, pemerhati kesehatan keluarga. Disini Den Ayu akan menjelaskan tentang New Normal atau adaptasi kebiasaan baru dan berbagai protokol kesehatan yang penting untuk dilakukan. Simak yuk videonya!
Halo COVID-19 Fighters!
Selamat datang di website Writing for Healing persembahan Tim Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.
Sebagai negara yang terdampak COVID-19 secara masif, kita semua adalah COVID-19 Fighters yang berjuang bersama untuk bertahan di situasi yang sulit ini.
Website ini dihadirkan salah satunya sebagai media berbagi tentang COVID-19 dan di website ini juga, ditayangkan kebiasaan baru yang harus dilakukan COVID-19 Fighters setelah diterapkannya kenormalan baru di Indonesia.