oleh: Naila Fauzia Rahmani
Terhitung sejak pertengahan Maret, saat kabar tentang wabah corona mulai memenuhi beranda, kami memutuskan untuk mendahului meliburkan anak kami yang duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Saat itu sekolah belum menerbitkan pengumuman libur sekolah. Sebagian anak masih masuk seperti biasa. Kami meminta ijin pada guru TK anak kami dan beliau memperbolehkan. Baru sepekan kemudian sekolah akhirnya mengumumkan libur.
Hingga saat ini, entah sudah berapa kali pengumuman terkait libur sekolah direvisi. Diperpanjang. Lagi dan lagi. Sampai pada suatu hari, sekolah mengumumkan anak-anak diminta masuk sekolah kembali padahal sebelumnya sudah ditetapkan bahwa libur sekolah adalah sampai akhir bulan. Ternyata, itu semacam obat kangen dan bosan setelah sekian lama anak-anak di rumah saja. Dalam sepekan, anak-anak hanya masuk satu kali dan sekali masuk hanya satu jam. Setelah itu, pulang. Pun jumlah siswa yang berangkat, hanya 2 orang tiap sesinya. Keputusan ini tentu setelah ada wacana tentang new normal.